memotivasi dari dini
TEORI MOTIVASI MANUSIA[1]
Pendahuluan
Kebutuhan dijadikan titik teori motivasi yang
merupakan dorongan fisiologis yang berkembang pada dua konsep. Pertama konsep homeostatis.
Kedua, selera merupakan petunjuk yang efesien bagi
kebutuhan-kebutuhan atau kekurangan, kekurangan dalam tubuh. Homeostasis
menunujukkan usaha otomatis dalam tubuh untuk mempertahankan aliran darah yang
konstan dan normal. (aliran darah lancar, tubuh sehat, rasulullah selalu menganjurkan
agar menjaga kesehatan kita). Cannon telah menguraikan bahwa : keseimbangan tubuh
memerlukan mineral hormon, vitamin dan sebagainya.
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat
kuat bahwa manusia selalu merasa kurang dari kehidupannya, selalau merasa
kekurangan makanan, keamanan, kenyamanan, kasih sayang, penghargaan besar yang
kemungkinannya lebih banyak membutuhkan makanan dari makanan yang lainnya.
Apabila kebutuhan pokok tidak dipenuhi maka bisa saja
kebutuhan yang lainnya susah untuk terpenuhi, kebutuhan pokok itu adalah lapar,
dan bermula dari rasa lapar. Dari lapar memunculkan keinginan untuk melakukan
perubahan, perubahan kepada kebaikan.
1. Kebutuhan akan Keselamatan
Keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan,
bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan,, kebutuhan akan struktur,
ketertiban, hukum, batas-batas kekuatan dari pelindung, dan lain sebagainya. Kebutuhan
merupakan pengatur kebutuhan yang eksklusif, yang menyerap semua kebutuhan
organisme yang menuju pada pencari keselamatan. (Manusia butuh akan
keselamatan)
2. Kebutuhan akan rasa memiliki
dan rasa cinta
Rasa memiliki ini ada setelah memilikinya, seperti
suami atau istreri. Rasa cinta adalah pemenuhan kebutuhan yang bersifat lembut
dan dirasakan di dalam hati, jangan tabu terhadap kelembutan, karena cinta
bukan sinonim dari seks, seks hanya kebutuhan fisik murni, kebutuhan cinta
adalah kelembutan hati, kebutuhan cinta ini tercakup pada si pemberi dan
penerima
3. Kebutuhan akan Harga Diri
Kebutuhan penilaian mantap, berdasar dan bermutu
tinggi, rasa hormat diri dan harga diri, bahkan penghargaan dari orang lain. Cara
memunculkannya: Pertama, pada keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan
dan kemampuan, kepercayaan pada diri untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan.
Kedua, memiliki akan hasrat dan nama baik atau gengsi, prestise
(penghargaan dan penghormatan dari orang lain), status, ketenarandan kemuliaan,
dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat atau apresiasi.
Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan
percaya atas diri sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas dan kelaikan, perasaan
dibutuhkan dan bermanfaat bagi dunia, namun rintangnnya menimbulkan perasaan
rendah diri, lemah dan tidak berdaya. Percaya diri dan jangan trauma terhadap
segala proses yang berlangsung.
Pembahasan para teolog perihal kebanggan dan keberanian
yang berlebih-lebihan, teori From tentang daya cerap diri mengenai sifat diri
sendiri, dari pembuat esei. Makin lama makin banyak kita pelajari bahayanya
dari sikap menyerahkan harga diri pada pendapat orang lain dan bukan pada
kapasitas, Kompetensi, dan kelaikan yang sebenarnya terhadap tugas.
Harga diri yang paling mantap dan padanya paling sehat
dilandaskan pada penghargaan yang diperoleh dari orang lain dan bukan dari
ketenaran dan kemasyhuran faktor-faktor pujian dan yang berlebih dan tidak
mendasar. Dalam hal ini perlu dibedakan kompetensi dan prestasi yang sama-sama
berdasar dari kemauan yang keras., ketatapan hati, tanggung jawab, dan hal yang
datangnya secara alami dan mudah dari dalam sifat yang sesungguhnya, konstitusi,
nasib atau takdir biologis seseorang, Horney mengatakan bahwa datang dari diri
sejati bukan dari diri yang semu yang dicita-citakan.
4.
Kebutuhan akan perwujudan diri
Kita sering merasa tidak puas, kegelisahan akan selalu
berkembang, kecuali jika melakukan apa yang ingin dilakukan secara individual
sesuai bagi kita. Seorang musisi harus menciptakan musik yang enak, artis harus
show, pelukis harus melukis, penyiar harus bersyair dan pada akhirnya akan
tenteram. Ia harus jujur terhadap sifatnya sendiri, inilah perwujudan diri.
Aku diri, aku sosial, akulah aku, inilah wujud yang
ingin di tunjukkan pada dunia yang sebenarnya, manusia penting mengetahui
hakikat dirinya, Darimana ia berasal dan apa sesuatu yang bermanfaat mampu
dimanfaatkan.
[1]Abraham
H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian Jilid 1: Teori Motivasi dengan
pendekatan Hierarki Manusia, Judul Asli Motivation and Personality
Keluaran Herper and Row Publication USA Penerjemah : Nurul Imam (Cet. IV;
Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya Offset, 1993), h. 43. Diakses di perpustakaan
UIN oleh Muhammad Asriady
Posting Komentar untuk "memotivasi dari dini"